Selasa, 10 Mei 2016

Pengertian Tauhid



Kata tauhid berasal dari bahasa arab yaitu “al-i’tiqodu biwahdaniyyatillah (Keyakinan atas keesaan Allah). Sedangkan pengertian menurut istilah tauhid adalah meyakini bahwa Allah SWT. Itu Esa dan tidak ada sekutu baginya. Kesaksian ini berumuskan dalam kalimat Syahadat. La ilaha ilallah (Tidak ada tuhan selain Allah).
Tauhid artinya mengesakan Allah SWT. Esa berarti satu. Allah tidak boleh dihitung dengan satu, dua, atau seterusnya, karena kepadanya kita tidak layak dikaitkan dengan bilangan. Beberapa al-Qur’an telah dengan jelas mengatakan keesaan Allah. Diantaranya surat Al-ikhlas 1-4.

قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ ١  ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ ٢  لَمۡ يَلِدۡ وَلَمۡ يُولَدۡ ٣  وَلَمۡ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدُۢ ٤
1. Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia"

Dalam surat Al-ikhlas dapat di tangkap penjelasan bahwa Allah itu maha Esa. Keesaan Allah itu mencakup keesaan Dzat, keesaan Sifat, keesaan perbuatan, serta keesaan dalam beribadah kepadanya.
Keesaan Dzat mengandung pengertian bahwa seseorang harus percaya bahwa Allah tidak terdiri dari unsur-unsur atau bagian-bagian. Karena, bila zat yang maha kuasa itu terdiri dari dua unsur atau lebih betapapun kecilnya unsur atau bagian itu maka berarti dia membutuhkan unsur atau bagian itu, atau dengan kata lain, unsur atau bagian ini merupakan syarat bagi Wujudnya.
Adapun keesaan dalam sifat nya, mengandung arti bahwa Allah memiliki sifat yang tidak sama dalam subtansi atau kepasitasnya dengan sifat makhluk, walaupun dari segi bahasa kata yang di gunakan untuk menunjuk sifat tersebut. Sebagai contoh kata Rahim merupakan sifat bagi Allah, tetapi juga digunakan untuk menunjuk rahmat atau kasih sayang makhluk. Namun subtansi dan kapasitas rahmat dan kasih sayang Allah berbeda dengan Rahmat makhluk nya. Allah Maha Esa dalam sifatnya, sehingga tidak ada yang menyamai subtansi dan kapasitas tersebut.
Keesaan dalam perbuatannya mengandung arti bahwa segala sesuatu yang berada di alam raya ini, baik sistem kerjanya maupun sebab dan wujudnya, Semuanya adalah perbuatan Allah semata.
Keesaan dalam beribadah merupakan perwujudan dari ketiga keesaan di atas.
Dalam surat Al An’am  dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu bentuk peribadatan harus di tujukan hanya kepada Allah semata. Hanya Allah yang wajib disembah. Tidak boleh peribadatan itu ditujukan kepada selain Allah.
Keesaan Allah sangat penting di tanamkan dalam hati setiap orang yang mengimani adanya Allah. Oleh karena itu untuk mendukung ketercapaiannya iman tersebut  harus didukung dengan pemahaman ilmu tauhid dan cabang-cabang ilmu tauhid. Ilmu Tauhid adalah ilmu yang membahas tentang Allah. sifat-sifat yang wajib padanya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepadanya, dan sifat yang sama sekali harus ditiadakan kepadanya, serta tentang Rasul-rasul Allah.
Nama-Nama ilmu tauhid
1.      Ilmu Ushuluddin
Kata Ushuluddin berasal dari kata Ushul yang berarti pokok atau pangkal dan din yang berarti Agama. Jadi ilmu Uhuluddin adalah ilmu tentang pokok-pokok Agama. Ilmu tauhid sering di sebut dengan ilmu Ushuluddin karena ilmu itu menguraikan tentang pokok-pokok atau dasar-dasar Agama.
2.      Ilmu Aqaa id
Ilmu tauhid sering juga disebut dengan ilmu Aqaid (Keyakinan), karena ilmu tersebut membahas tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan keyakinan.
3.      Ilmu kalam
Kata kalam berarti perkataan atau kata-kata yang tersusun yang menunjukkan suatu maksud pengertian. Kata kalam kemudian di pakai untuk menunjukkan salah satu sifat Allah.Ilmu kalam adaalah ilmu yang membicarakn tentang wujud Allah (sifat-sifat wajib bagi Allah dan sifat-sifat mustahil bagi Allah).
Macam-Macam Tauhid
1.      Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyah  berasal dari satu nama Allah ar-rab yang memiliki beberapa makna pemeliharaan, pengasuh, penolong, pendamai, dan pelindung. Secara syar’i tauhid bermakna iman kepada Allah SWT sebagai pencipta, dan pengatur segala urusan yang ada di alam semesta, menghidupkan dan mematikan dan hal-hal yang termasuk perkara takdir, dan menetapkan hukum alam (Sunnatullah).
Allah Berfirman yang artinya :
إِنَّ رَبَّكُمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٖ ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰ عَلَى ٱلۡعَرۡشِۖ يُغۡشِي ٱلَّيۡلَ ٱلنَّهَارَ يَطۡلُبُهُۥ حَثِيثٗا وَٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَ وَٱلنُّجُومَ مُسَخَّرَٰتِۢ بِأَمۡرِهِۦٓۗ أَلَا لَهُ ٱلۡخَلۡقُ وَٱلۡأَمۡرُۗ تَبَارَكَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٥٤
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ´Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam” (Q.S Al A’raf: 54)
2.      Tauhid Uluhiyah
Uluhiyah berasal dari kata al-illah yang artinya sesuatu yang disembah (sesembahan) dan sesuatu yang ditaati secara mutlak. Kata illah ini diperuntutan bagi sebutan sesembahan yang benar (Haq).
Tauhid uluhiyah adalah meyakini bahwa tidak ada tuhan selain Allah SWT. Firman Allah :
وَإِلَٰهُكُمۡ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞۖ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلرَّحۡمَٰنُ ٱلرَّحِيمُ ١٦٣
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” (Q.S Al Baqarah: 163)

Tauhid Uluhiyyah tidak akan terwujud, kecuali dengan dua dasar berikut :
·         Menjalankan semua macam ibadah hanya kepada Allah SWT, bukan kepada yang lain.
·         Ibadah yang dijalankan harus sesuai dengan perintah dan larangan Allah SWT.
3.      Tauhid Mulkiyah
Secara bahasa kata mulkiyah berasal dari akar kata mulk, yang dengannya terbentuk pula pada kata malik. Tauhid mulkiyah berarti sebuah pandangan yang meyakini bahwa Allah sebagai satu-satunya dzat yang menguasai  alam semesta ini, dengan hak penuh penetapan peraturan atas kehidupan. Tidak ada sekutu atas kekuasaan Allah di alam semesta ini.
ٱللَّهُ وَلِيُّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ يُخۡرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَوۡلِيَآؤُهُمُ ٱلطَّٰغُوتُ يُخۡرِجُونَهُم مِّنَ ٱلنُّورِ إِلَى ٱلظُّلُمَٰتِۗ أُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ ٢٥٧
“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya” (Q.S Al Baqarah: 257)

Sesungguhnya kehidupan manusia hanyalah sebuah titik kecil yang ada di dalam roda alam, karenanya harus di atur dengan satu aturan, yang sejalan dengan hukum-hukum Allah. Karena sesuatu selain Allah  tidk berkuasa atas ketetapan alam, ketetapan Allah sebagai kepastian yang tetap.
Dengan demikian, tauhid Mulkiyyah menegasakan bahwa loyalitas, afiliasi, kerelaan, pembelaan, dukungan dan pengorbanan, tidak boleh diberikan kecuali pemimpin atau undang-undang yang bersumberkan dari syariat Allah, atau undang-undang yang sejalan dengan syariat Allah. Karena dengan penegakan syariat Allah di muka bumi, maka akan menjamin kemaslahatan dan kemakmuran kehidupan mereka di muka bumi ini.
4.      Tauhid Rahmaniyah
Secara bahaasa tauhid Rahmaniyah berasal dari kata Rahman atau rahmat yang memiliki arti kasih sayang, yaitu suatu nilai yang paling mendasar sekaligus merupakan kebutuhan paling asasi bagi manusia dalam kehidupannya. Rahmat dalam perwujudannya yang lebih suci dan lebih tinggi adalah suatu sifat yang ditonjolkan oleh Allah. Dalam memperkenalkan dirinya sebagaimana kita menemukannya pada awal tiap surah yang kita baca dalam Al-qur’an yang intinya bahwa kasih sayang (rahmat) Allah sangatlah luas dan meliputi alam semesta.
Tauhid rahmaniyah menghendaki supaya nilai dasar kasih sayang di kembangkan dalam tata hubungan dan pergaulan dalam kehidupan kita selaku penghayatan iman tu sendiri. Dalam rangka pembinaan dan kasih sayang yang sangat di butuhkan dalam menopang kehidupan. Islam memintakan perhatian bagi siapa-siapa yang paling membutuhkannya, yang tentu mewajibkan kita mengutamakaan mereka untuk memperoleh kasih sayang.

Hikmah bagi orang yang bertauhid
1.      Tauhid yang kuat akan menumbuhkan sikap kesungguhan, pengharapaan dan optimisme di dalam hidup ini. Sebab orang yang bertauhid meyakini bahwa kehidupan dunia adalah ladang akhirat.
2.      Orang yang bertauhid jika suatu saat dikaruniai harta, maka ia akan bersyukur dan menggunakan hartanya itu di jalan Allah. Sebab ia yakin bahwa harta dan segala yang ada di milik Allah.
3.      Dengan bertauhid akan mendidik akal manusia supaya berpandangan luas dan mau mengadakan penelitian tantang alam. Al-qur’an telah memerintahkan kepaada kita supaya memperlihatkan penciptaan langit, bumi, dan segala isinya.
4.      Orang yang bertauhid akan merendahkan diri dan tidak tertipu oleh hawa nafsu yang ada pada dirinya. Misalnya, jika ia akaan tertipu hawa nafsu, maka dia segera mengingat bahwa Allah Maha Kaya.
5.      Dengan mentauhidkan Allah, kita akan menjauhkan diri dari angan-angan yang kosong. Semua amal perbuatan manusia akan dihisab dan dibalas oleh Allah.
6.      Dengan bertauhid yang benar, kita akan di liputi dengan ketenangan dan pengharapan. Ia akan merasa tenang setelah mengetahui bahwa Allah dekat, mengabulkan permohonan, menerima taubat dan menolong orang-orang yang teraniaya.
7.      Orang yang menjaga tauhidnya akan menjamin seeorang akan masuk urga, tempat yang pernah dengan kenikmatan.


Akibat Bagi Orang yang tidak bertauhid
Keimanan yang kuat akan memberikah hikmah dan manfaat yang besar, Sebaliknya, sikap tidak bertauhid akan mendatangkaan hal-hal negatif, dintaranya :
1.      Orang yang tidak bertauhid tidak akan mempunyai rasa optimisme dan pengharapan dalam hidup, karena tidak ada dalam benaknya keyakinan akan adanya kehidupan setelah mati.
2.      Orang yang tidak bertauhid akan berpandang sempit. Tidak ada dorongan di dalam hatinya untuk melakukan penelitian dan penerungan tentang raasia di balik kekuasaan Allah.
3.      Orang yang tidak bertauhid akan mudah tertipu oleh hal-hal yang bersifat keduniawian. Prinsip hidup orang seperti ini yang penting senang, tidak peduli apakah hal itu benar atau pun salah.
4.      Orang yang tidak bertauhid akan tertutup hatinya. Jiwanya mengalami disfungsi. Pesan-pesan Allah tidak alkan mampu tertangkap meskipun Allah begitu dekat.
5.      Orang yang tidak bertauhid akan selalu diliputi dengan kegelisahan dan kegersangan jiwa. Meskipun tampaknya senang, itu hanyalah tipuan setan dan sifatnya hanayalh sementara.
6.      Orang yang tidah bertauhid akan masuk neraka, karena ia akan terjebak pada praktik kemusyrikan dan kemusyrikan adalah dosa yang tidak akan diampuni.
Ciri-ciri orang yang bertauhid:
1.      Memaafkan
Masing-masing individu hendaknya memiliki tauhid yang dalam kepada Allah sehingga seseorang tidak cepat memuncak emosinya jika menghadapi masalah sebesar apapun.
لَعَلَّنَا نَتَّبِعُ ٱلسَّحَرَةَ إِن كَانُواْ هُمُ ٱلۡغَٰلِبِينَ ٤٠
“Semoga kita mengikuti ahli-ahli sihir jika mereka adalah orang-orang yang menang.”
2.      Keyakinan terhadap Qadha’
3.      Penghapusan dosa
4.      Menunjukkan sikap ramah
Sumber: Suara Muhammadiyah 16/100|16-31 Agustus 2015 hal. 33-34; dikutip oleh Hasanudin, S. Pd. I dalam http://dakwahzhaliha.blogspot.co.id/2015/09/ciri-ciri-orang-yang-bertauhid.html?m=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar